Oleh: Faizal, S.Pd.
Di sekolah kami, pahlawan super sejati tidak terbang, mereka menyapu! Berbekal sapu, sarung tangan, dan tekad yang kuat, kami telah mengubah taman bermain kami yang berdebu menjadi mimpi yang bersih dan hijau. Ini adalah kisah tentang bagaimana kami menyapu lingkungan menuju keberlanjutan.
Bayangkan berjalan ke sekolah yang udaranya segar, pepohonan berjejer di sepanjang jalan dan siswa-siswi dengan bangga mendaur ulang kemasan makan siang mereka tanpa diminta. Kedengarannya futuristik? Pada tahun 2025, ini seharusnya bukan lagi masa depan, ini seharusnya menjadi standar keseharian kita.
Saat ini, dunia menghadapi masalah lingkungan yang serius, mulai dari mikroplastik yang menyerbu lautan hingga suhu yang meningkat setiap tahun. Perubahan nyata tidak mesti dimulai dari pemerintah, perubahan dapat dimulai di tempat yang paling dikenal yaitu sekolah kita.
Sekolah bukan sekadar bangunan tempat siswa duduk dan mendengarkan. Sekolah adalah lingkungan hidup yang memengaruhi cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Ketika siswa-siswi menghabiskan lebih dari enam jam sehari di sekolah, lingkungan sekitar membentuk pola pikir mereka. Sekolah yang bersih, hijau, dan ramah lingkungan menginspirasi tanggung jawab, kreativitas, dan kebanggaan.
Siswa-siswi di sekolah yang menerapkan praktik ramah lingkungan, seperti pemilahan sampah, berkebun, dan penghematan energi, bisa saja mereka adopsi kebiasaan tersebut di lingkungan rumah. Itulah jenis dampak positif yang kita butuhkan.
Namun, tantangannya terlalu banyak sekolah yang masih menganggap lingkungan sebagai mata pelajaran untuk dipelajari, bukan nilai untuk dijalani. Tempat sampah meluap, AC menyala sepanjang hari di ruang kosong, dan halaman sekolah kekurangan ruang hijau. Sudah saatnya untuk mengubahnya.
Jadi, apa yang dapat dilakukan sekolah pada tahun 2025 agar lingkungan benar-benar hijau?
Buat tim ekologi yang dipimpin siswa: Biarkan siswa memimpin proyek penanaman pohon, selenggarakan setiap minggu “tanpa plastik”, atau buat poster untuk mengingatkan semua orang agar menghemat listrik.
Buat sudut hijau: Ubah ruang yang tidak terpakai menjadi kebun mini atau area kompos.
Gunakan teknologi tanpa kertas jika memungkinkan: Dengan kemajuan teknologi yang pesat, apakah kita benar-benar perlu mencetak setiap lembar kerja?
Rayakan hari lingkungan secara kreatif: Hari makan siang tanpa sampah, atau kompetisi seni daur ulang.
Sebenarnya, lingkungan sekolah mencerminkan apa yang kita hargai. Jika kita menghargai Bumi, hal itu seharusnya terlihat jelas dalam cara kita memperlakukan sekolah. Dari lampu kelas hingga pilihan kantin, setiap keputusan kecil mengirimkan pesan untuk kita.
Kesimpulannya pada tahun 2025, tanggung jawab terhadap lingkungan seharusnya tidak lagi menjadi kegiatan tambahan, melainkan harus menjadi gaya hidup. Sekolah harus melampaui teori dan memimpin dengan memberi contoh. Lagi pula, bagaimana kita bisa mengharapkan siswa-siswi peduli terhadap planet ini jika tempat mereka tumbuh saja tidak peduli?
Perjalanan menuju planet yang lebih baik dapat dimulai dengan sekolah yang lebih baik. Dan kabar baiknya? Setiap siswa dan guru dapat menjadi bagian dari perubahan itu.
